Website ini berisikan artikel terbaru tentang trend & issue Ilmu Keperawatan.

Bagaimana Mentorship dalam Pendidikan Klinik

Bagaimana Mentorship dalam Pendidikan Klinik


Pada proses pembelajaran klinis dengan metode mentorship ini perlu dukungan dari 3 komponen yaitu Mentor, Institusi Pendidikan Tinggi dan Instansi lahan praktek. 
Berdasarkan 3 komponen tersebut memiliki tanggung jawab masing-masing diantaranya, tanggungjawab Mentor: Mempersiapkan peserta didik untuk mampu melaksanakan peran perawat, Berbagi pengetahuan dengan pasien, Mempunyai kesempatan dan mendapatkan pengalaman belajar, Menyediakan waktu untuk memberikan umpan balik, memonitor dan mencatat setiap kemajuan yang didapat mentee, Mengkaji kemampuan dan keselamatan pasien dan dilakukan dokumentasi, Memberikan umpan balik dengan tujuan membangun mentee dengan cara memberikan saran bagaimana cara untuk meningkatkan kemampuan, Melaporkan setiap insiden buruk kepada menager senior, Memberi kuliah dan mempraktekan cara mengorganisir permasalahan sesuai dengan kebutuhan, Selalu aktiv mengikuti perkembangan ilmu, Terlibat dalam pengawasan klinis mentee. 

Tanggungjawab Institusi Pendidikan Tinggi: Mengerjakan collaboratively dengan pihak lahan praktek, Mendukung mentor dan mentee tetap terjalin komunikasi, Memastikan terjadi satu sistem komunikasi yang pada tempatnya, Mengomunikasikan perubahan apapun yang terjadi kebagian program, Melakukan satu sistem evaluasi yang efektif pada tempatnya. 

Tanggungjawab Penyedia Lahan Praktek: Mempersiapkan mentor sebaik-baiknya, Melakukan collaboratively dengan HEIs (pendidikan), Menyediakan kesempatan belajar untuk mentee, Mengakui adanya kompleksitas dari peran mentor, Mengidentifikasi dan mendukung kebutuhan mentor, Mengevaluasi kinerja mentor, Menyediakan lingkungan yang mendukung proses belajar dan mengajar, Memberikan motivasi pada mentee untuk berusaha berkembang. NMC merekomendasikan secara normal seorang mentor tidak boleh membantu lebih dari tiga mentee (a,b,c, 2006. Murray. Main, 2005).

Setiap metode pembelajaran memiliki keuntungan dan kerugian, berikut adalah beberapa keuntungan dan kerugian metode mentorship berdasarkan komponen yang mempengaruhi.
Keuntungan Mentor (Pembimbing Klinik) :
1.     Mentor akan belajar untuk melakukan refleksi terhadap perspektif yang luas.
2.     Mengembangkan pandangan baru tentang masalah yang mungkin muncul
3.     Kesempatan untuk melangkah diluar rutinitas
4.     Menjadi lebih objektiv
5.     Memberikan kontribusi positif untuk pengembangan individu dan organisasi.

Keuntungan Mentee (Peserta Didik) :
1.     Perpindahan fundamental dalam ketrampilan individu dan kemawasdirian
2.     Pengembangan pendekatan seumur hidup untuk belajar mandiri
3.     Meningkatkan penerimaan untuk kompetensi manajerial
4.     Mengembangkan jaringan yang luas dari penyedia layanan
5.     Meningkatkan kapasitas untuk “kemampuan belajar mengaplikasikan”
6.     Meningkatkan kemampuan sebagai sumber ide dan praktek dari pandangan organisasi dan di intergrasikan kedalam dirinya
7.      Meningkatkan mawas diri, otonomi dan percaya diri.

Kerugian Mentorship :
1.     Memerlukan waktu
2.     Kesempatan dan biaya untuk karyawan,
3.     Saat stress atau krisis konseling dibutuhkan
4.     Saat hubungan menjadi disfungsional.

Penyebab Mentoring tidak berjalan dengan baik :
Dumpers / sampah : tidak “mendapat” pada akhir proses,
Blockers / hambatan : menghindari pertemuan dengan orang yang dibutuhkan, Destroyers / rusak: kegagalan yg berulang, menyebabkan terlihat tidak penting, mencari kesalahan ( a,b, 2006. 2007).

Metode pembelajaran klinis dengan mentorship memerlukan tahap evaluasi pembelajaran. Suatu evaluasi dikatakan baik sebagai suatu alat pengukur bila memenuhi ciri : valid, reliable, objektif, praktis, dan ekonomis (a,b,c).

1) Validitas

Sebuah tes tersebut valid apabila tes tersebut dapat mengukur apa yang hendak diukur. Untuk mendapatkan tes yang valid, dengan demikian isi dan kedalaman tes perlu disesuaikan dengan tujuan atau sasaran belajar. Kesesuaian isi tes dengan tujuan belajar validitas isi atau “content validity” validitas dapat diupayakan dengan cara menyusun kisi-kisi soal ataupun blueprint yang diserahkan kepada mentor.

2) Reliabilitas

Kata reliabilitas berasal dari bahasa Inggris reliable yang berarti dapat dipercaya. Jadi pengertian tes yang mempunyai reliabilitas berarti tes tersebut mempunyai sifat dapat dipercaya. Apabila memberikan hasil yang tetap bila diujikan berkali-kali. Sebuah tes dikatakan reliable apabila hasil tersebut menunjukkan ketetapan. Dngan kata lain jika kepada para peserta didik (mentee) diberikan tes yang sama pada waktu yang berlainan, maka setiap peserta didik akan tetap berada dalam urutan (ranking) yang sama dalam kelompoknya.

3) Obyektifitas

Dalam pengertian sehari-hari telah diketahui bahwa objektif berarti tidak adanya unsur pribadi yang mempengaruhi. Suatu tes dapat dikatakan memiliki objektifitas. Apabila pelaksanaan tes tidak ada faktor luar yang mempengaruhi. Hal ini terutama terjadi pada sistem scoring. Menekankan ketetapan (consistency). Sedangkan reliabilitas menekankan ketetapan dalam hasil tes.

4) Praktikabilitas (Practicability)

Sebuah tes dikatakan memiliki praktibilitas yang tinggi. Apabila tes tersebut bersifat praktis, kemudian mudah melaksanakan, lalu mudah diperiksa dan petunjuk teknisnya jelas. Hal ini berupa pendampingan mentor saat ujian dengan mentee.

5) Ekonomis

Yang dimaksud ekonomis adalah pelaksanaan tes tersebut tidak membutuhkan biaya yang mahal, tenaga yang banyak maupun waktu yang lama (Nursalam, Efendi. 2008).

Berdasarkan analisa evaluasi mentorship tepat digunakan sebagai metode pembelajaran klinis karena memenuhi 5 prinsip dalam evaluasi pembelajaran. Berdasarkan Studi literatur ini dapat disimpulkan bahwa mentoring adalah suatu peran yang mana mampu memberi dukungan dan semangat, mendengar, memfasilitasi mentee (peserta didik). Seorang mentor harus mempunyai pengetahuan yang bagus. Lingkungan kerja dari mentee untuk lebih banyak memberikan advis. Saran juga diperlukan tetapi mereka juga butuh “ekstra skill-set” seputar proses mentorship. Untuk lebih memastikan mentee mendapatkan keuntungan yang maksimum. 

Peran dari seorang mentor adalah Sebagai figur “ayah/ibu”, guru, role model, konselor yang bisa di dekati, pemberi saran yang dipercaya, sebagai penantang, motifator, orang yang memberi nominasi, sebagai orang yang lebih tua, senior, membetulkan- Hubungan hirarki.

Baca Juga : Pendidikan Klinik

Tiga komponen penyelenggara pembelajaran klinik model mentorship, yaitu mentor, penyelenggara lahan praktek, dan pendidikan, masing-masing memiliki tanggung jawab yang mana tujuannya untuk penyelenggaraan pembelajaran klinik model mentorship. Di dalam pelaksanaan pembelajarn klinik metode mentorship harus dialkukan evaluasi secara berkelanjutan. 

Penerapan pembelajaran klinik dengan metode mentorship ada sisi yang menguntungkan tetapi juga ada kerugiannya, tetapi kerugian tersebut bisa diminimalisir atau bahkan bisa dicegah apabila dalam pelaksanaannya didasari atas tujuan untuk menciptakan generasi perawat handal dan profesional serta sebelum penerapan sudah dilakukan persiapan sebaik mungkin (a,b,c).


     
Daftar Pustaka

a______2004. A Guide to Percepthorship and Mentorship. Canadian Nurse Association.

b______.2007. Guidance for mentors of nursing students and midwives. Second edition Published by the Royal College of Nursing 20 Cavendish Square London W1G 0RN

c______2006.Training Guide for Volunteer Mentors. www.beamentor.org

d______2010. Mentoring. British Journal of Hospital Medicine, February 2010, Vol 71, No 2

Aik. Halarie.2000. Teaching and assessing in nursing: A worthremembering Educational experience. Health Science Journal. http://www.hsj.gr

Handayani, Nunung. 2012. Penerapan Metode Mentorship Untuk Meningkatkan Kompetensi Mahasiswa Pada Pembelajaran Klinik Keperawatan (Studi Pada Mahasiswa Akper Dr. Soedono Madiun Di RSUD Caruban). UNS Solo.

Murray, Cyril. Main, Andrew . 2005. Role modelling as a teaching method for student mentors. Vol 101. No 26. www.nursingtimes.net

Moberg, D.J. Velasquez 2004. The Ethics of Mentoring Business Ethics Quarterly; Volume 14, Issues 1. Available, Online at http://www.itl.usyd.edu.au/community/moberg.

Nurhadi. (2004). Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Malang: UM Press

Nursalam & Ferry Efendi. (2008). Pendidikan dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Nurachmach, E. (2007). Paradigma pencapaian kompetensi pada pendidikan ners dengan model preceptorship dan mentorship. Disampaikan pada Pelatihan Nasional Preceptorship dan Mentorship untuk Pendidikan Ners. Yogyakarta, 12 – 14 Februari 2007.
Share:

No comments:

Post a Comment

Nurse Station

Artikel Pilihan

Form Asuhan Keperawatan Gawat Darurat

 Form Asuhan Keperawatan Gawat Darurat 2020 Memuat…

Popular

Powered by Blogger.

Recent Posts

Theme Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.