Mentoring sebagai Pendidikan Klinis Keperawatan
Mentoring sebagai Pendidikan Klinis Keperawatan. Definisi dari
mentoring adalah orang yang lebih terampil/berpengalaman bersedia memberikan
pengajaran kepada orang dengan ketrampilan/pengalaman sedikit, dengan tujuan
yang disepakati oleh orang yang mempunyai pengalaman lebih sedikit untuk
menambah dan mengembangkan kompetensi yang spesifik (Murray, Owen. 1991).
Dari definisi
tersebut diatas bisa disimpulkan bahwa mentoring adalah:Support (dukungan),
Encouragement (memberi semangat), Listening (mendengar), Facilitation of
Self-Reliance (memfasilitasi), Mentoring bukan “Evaluation”. Jadi seorang
mentor harus mempunyai pengetahuan yang cukup, untuk lebih banyak memberikan
saran. Serta mereka juga butuh “ekstra skill-set” seputar proses mentorship
untuk memastikan mentee mendapatkan keuntungan yang maksimum. Tiga Pendekatan
Mentoring menurut Morton-Cooper & Palmer (a,b,c,d):
1. Classical
mentoring, Sebagai pilihan, hubungan informal alamaiah. Kemampuan dalam
emosional, organisasional, dan istilah profesional.
2. Contract
mentoring, Sebagai tambahan , membuat hubungan organisasional biasanya berfokus
pada fungsi spesifik yang membantu.
3. Pseudomentoring,
Mentoring dalam dalam “penampilan” , istilah yang singkat dan fokus yang jelas,
misalnya dukungan dalam penempatan pencapaian yang spesifik, tujuan yang sempit.
Dalam tatanan
pendidikan klinis keperawatan Peran Pembimbing Klinik Sebagai Mentor menjadi
sangat penting. Hal-hal yang harus dimiliki seorang mentor adalah ;
Siap untuk
mengambil peran sebagai mentor bagi mentee,
Membagi pengetahuan tentang
perawatan pasien dan berlaku sebagai positif role model,
Familiar dengan
program study mentee dan melakukan dokumentasi pengkajian,
Mengidentifikasi
kesempatan belajar dan pengalaman belajar sebagai proses yang terencana,
Mengobservasi
mentee melakukan ketrampilan dalam supervisi sesuai level yang sesuai,
Menyediakan waktu untuk refleksi, feedback, monitoring dan dokumentasi kemajuan
mentee,
Mengkaji kompetensi dan keamanan pasien, menjaga dalam dokumentasi
pengkajian,
Memberikan kepada mentee feedback membangun,
dengan menyarankan
bagaimana meningkatkan untuk peningkatan kemajuan mentee,
Melaporkan setiap
insiden yang tidak diinginkan atau hal penting kepada manajer senior anda dan
institusi pendidikan,
Bekerja sama dengan dosen dan staf pendidikan klinik bila
diperlukan.
Memelihara pengetahuan profesional termasuk ikut pertemuan
“mentorship updates”. Ikut dalam supervisi klinik dan merfleksikan hubungan ini
ke dalam peran tersebut Mencatat pengalaman mentoring anda sebagai bukti
pengembangan professional. (Murray. Main, 2005).
Berdasarkan peran
pembimbing klinik sebagai mentor, secara garis besar peran seorang mentor
adalah bertujuan untuk membantu mentee dalam bentuk perilaku mendukung dalam
hal-hal positif, membantu dalam persiapan selama proses pembelajaran,
memberikan berbagai informasi/intruksi yang dibutuhkan mentee, memberi
kesempatan untuk ekspresi diri, menggali respon dan implikasi terhadap
keperawatan dan menghubungkannya dengan keperawatan yang akan datang, serta
melakukan evaluasi. Proses dalam melakukan mentoring, diantaranya (b,c) :
Persiapan Penempatan
Nama mentor
sebaiknya disampaikan untuk setiap mentee dengan penempatan area dan total
durasi penempatan. Rotasi libur tetap harus direncanakan. Sehingga setiap
mentor mempunyai kesempatan. Mentor bekerja dengan mentee minimal 3 dari 5
shift (RCN 2002). Kondisi untuk mempelajari ketrampilan memerlukan petunjuk
dari mentor yang membagikan pengalaman praktek agar para mentee tahu apa yang
harus dilakukan, bagaiman melakukan tindakan, latihan ketrampilan, serta
menerima hasil belajarnya. Untuk itu mentee perlu mendapatkan bimbingan dari
mentor untuk mempraktekan kegiatan, berfikir dan merefleksikannya.
Orientasi.
Sebelum masuk ke
tempat praktek mentee harus sudah mendapatkan pembekalan terutama tentang
tindakan-tindakan yang sering dilakukan di tempat praktek dan kasus-kasus yang
ada, minimal sebelum ketempat praktek mentee sudah dinyatakan lulus dalam
mengikuti lab skiill dan tercatat dalam portofolio mentee.
Interview Kemajuan
Melakukan kontrak
dengan mentee untuk :
Initial interview, Intermediate interview, Final
interview. Initial Interview, Perlu dilakukan : Cari tahu tentang tahap training
mente, Bantu mentee untuk meyusun tujuan yang bisa dicapai, Tanyakan jika
mereka punya tugas atau pengkajian, Kenalkan mereka kepada tempat praktek, Cari
tahu jika mereka mempunyai kecemasan spesifik, Beri dukungan mereka untuk
self-assesment setiap stage.
Intermediate Interview, Perlu dilakukan :
Tanyakan
pendapat yang lebih luas dari staff lain, Dukung mentee untuk mengkaji diri
sendiri, Klarifikasi setiap point yang di buat, Berikan saran untuk perbaikan
yang sifatnya positif, Catat point yang dibuat oleh mentee, Lihat kembali
perkembangan mentee, Dorong mentee untuk menjawab pertanyaan, Pastikan privacy
untuk wawancara baik secara interpersonal maupun intrapersonal, Kontak dengan
institusi pendidikan untuk proses evaluasi bila ada hal penting yang perlu
disampaikan.
Hal-hal yang jangan
dilakukan: Perubahan tiba-tiba pada mentee, Hanya menggunakan opini mentor
sendiri, Final Interview, Perlu dilakukan :
Tanyakan mentee untuk mengisi self
assesment lagi, Hubungi institusi pendidikan bila ada hal penting.
Jangan
dilakukan :
Takut mengatakan bahwa mentee belum berhasil pada kasus tersebut.
Evaluasi :
Mentee : praktek mereka harus dievaluasi sebagai bagian dari proses
audit pendidikan, Mentor seharusnya diundang untuk mengevaluasi pengalaman
mereka dalam memfasilitasi pengalaman pembelajaran dari mentee, Evaluasi ini
harus sesuai dengan monitor kualitas lokal dan pemerintah.
Selanjutnya bagaimana pelaksanaan Metode Mentoring
No comments:
Post a Comment